KABARSEKILAS.COM – Kementerian Perindustrian menyatakan dukungan penuh terhadap pelaksanaan Iron Steel Summit & Exhibition Indonesia (ISSEI) 2025 yang akan berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, pada 21-23 Mei 2025.
Acara ini digadang-gadang menjadi momentum penting untuk memperkuat kolaborasi industri baja di tingkat nasional dan regional.
Dalam acara peluncuran ISSEI 2025 yang digelar di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, menyampaikan apresiasi kepada panitia penyelenggara, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, dan South East Asian Iron Steel Institute (SEAISI).
Ia menegaskan pentingnya sektor baja dalam pembangunan ekonomi dan pengembangan teknologi.
“Industri baja memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi, infrastruktur, serta pengembangan teknologi,” ujar Faisol.
Kontribusi Industri Baja pada Pertumbuhan Ekonomi
Faisol menyoroti kontribusi signifikan industri baja terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi triwulan III/2024 mencapai 4,95% year-on-year (yoy), dengan sektor industri pengolahan non-migas menyumbang 17,18%.
Secara khusus, industri logam mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 12,4% yoy, menyumbang 5,9% pada PDB nasional.
“Data ini mencerminkan peran penting industri baja dalam menopang perekonomian nasional. Pemerintah optimistis tren positif ini akan terus berlanjut dengan peningkatan investasi dan ekspansi industri di masa depan,” tambahnya.
Peningkatan Kapasitas Produksi Baja Nasional
Berdasarkan data Asosiasi Industri Besi dan Baja Nasional (IISIA), kapasitas produksi baja nasional terus meningkat.
Indonesia menempati peringkat kelima dunia dalam produksi baja pada 2023, dengan kapasitas produksi crude steel mencapai 16,85 juta ton, meningkat 87% dibandingkan 2019.
Pada 2029, kapasitas ini diproyeksikan meningkat menjadi 27 juta ton.
Faisol menegaskan bahwa permintaan baja di dalam negeri terus meningkat, sehingga ruang produksi nasional akan terus berkembang.
Kebijakan Strategis untuk Industri Baja
Untuk mendukung pertumbuhan industri baja, pemerintah telah menerapkan berbagai kebijakan strategis, di antaranya:
• Pengendalian impor baja.
• Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara wajib untuk produk baja.
• Peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) guna mendukung produsen nasional bersaing di pasar domestik dan internasional.
“Kebijakan ini bertujuan meningkatkan utilitas produsen baja nasional sekaligus memastikan produk dalam negeri mampu bersaing secara global,” jelas Faisol.
Tantangan dan Solusi untuk Industri Baja
Faisol juga menyoroti tantangan global, seperti isu lingkungan dan tuntutan produksi baja ramah lingkungan.
Salah satu tantangan terbesar adalah pembatasan karbon oleh Uni Eropa, krisis energi, serta tuntutan global untuk adopsi teknologi hijau.
“Pemerintah mendukung transformasi industri baja menuju produksi berkelanjutan, termasuk penerapan teknologi rendah karbon dan percepatan adopsi teknologi hijau,” tegasnya.
ISSEI 2025 Sebagai Momentum Strategis
ISSEI 2025 diharapkan menjadi platform strategis untuk berbagi pengetahuan, mengenalkan teknologi terbaru, dan memperkuat kemitraan antara industri, pemerintah, dan masyarakat.
“Acara ini merupakan peluang untuk menjawab tantangan global dan mempercepat penguatan ekosistem industri baja nasional. Mari jadikan ISSEI 2025 sebagai momentum memperkuat daya saing dan keberlanjutan industri baja menuju visi Indonesia Emas 2045,” pungkas Faisol.
ISSEI 2025 diharapkan menjadi tonggak penting dalam perjalanan industri baja Indonesia menuju pertumbuhan yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing global. (*)